Berkembang mitos bahwa bayi yang dikandung ibu HIV positif, pasti akan tertular. Hal tersebut sangat tidak benar. Dengan menjaga kesehatan dirinya sendiri dan calon bayinya, seorang ibu bisa melahirkan tanpa menularkan HIV ke bayinya. Melalui terapi dan pengobatan modern, resiko penularan bisa ditekan hingga hanya 2 %.
Berbicara mengenai HIV dan kehamilan, terdapat beberapa faktor penularan HIV dari ibu ke bayi. Faktor tersebut; faktor maternal (faktor Ibu), faktor bayi yang dikandung dan faktor cara penularannya. Ketiganya mempunyai pengaruh yang kuat dalam proses penularan HIV dari ibu ke bayi. Namun ada program pencegahan untuk mengurangi penularan HIV dari ibu ke bayi yang disebut PMTCT (Preventing Mother to Child Transmission) of HIV.
Faktor maternal muncul karena Ibu mempunyai fungsi yang sangat dominan. HIV menyerang sel T-limfosit (sistem kekebalan) sehingga ibu yang HIV positif lebih mudah mengalami infeksi. Namun yang pasti, penularan dipengaruhi oleh kadar virus HIV di dalam darah (viral load) dan jumlah CD4 dalam tubuh. Semakin tinggi kadar virus dan rendah CD4, semakin mudah terjadi penularan. Virus di atas 100.000 kopi/ml atau CD4 kurang dari 200 sangat rentan menularkan HIV ke bayi. Jadi seorang ibu positif HIV harus menjaga kadar CD4 dan viral load dengan terapi ARV di bawah pengawasan dokter.
Faktor bayi yang dominan mempengaruhi penularan adalah usia kandungan saat bayi dilahirkan dan berat badan bayi. Bayi yang dilahirkan prematur lebih rentan tertular HIV dibandingkan dengan yang lahir sesuai dengan waktunya (aterm). Bayi yang lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 1000 gram) juga akan memperbesar resiko penularan dari ibu kepada anak yang dikandungnya. Agar tidak terjadi kelahiran prematur, ibu harus menjaga kesehatan
Namun, kebanyakan penularan terjadi karena faktor persalinan. Para dokter merekomendasikan agar proses persalinan dilakukan dengan operasi atau sectio. Hal tersebut karena degan operasi akan meminimalkan kontak kulit dan mukosa membran bayi dengan servix (leher rahim) dan vagina. Selain itu, operasi bisa meminimalisir resiko bayi menelan darah ibu. Penularan lain terjadi pada saat menyusui.
Pencegahan Penularan
Ada beberapa strategi yang penting dalam mencegah penulaarannya ibu ke bayi, salah satunya adalah dengan pemberian obat anti retroviral. Obat ini bekerja langsung menghambat replikasi dan perkembangan virus HIV. Terdapat beberapa skema penggunaan ART yang disesuaikan dengan pasien HIV.
Selain itu pencegahan bisa dilakukan dengan melakukan persalinan yang aman pada saat kehamilan (antepartum), selama persalinan (intrapartum), dan setelah persalinan (pospartum). Namun cara yang paling direkomendasikan adalah dengan operasi. Dengan persalinan yang aman, lebih dari 50% resiko penularan dapat dicegah.
Setelah proses kelahiran, hal yang harus diperhatikan adalah menyusui. HIV berada dalam cairan ASI sehinga proses menyusui bisa menularkan HIV dari ibu ke anak. Disarankan bagi ibu yang melahirkan anak dengan HIV positif sebaiknya tidak menyusui. Resiko penularan melalui proses menyusui mencapai angka 10-20%. Terlebih jika payudara mengalami luka seperti lecet ataupun radang.
Namun bisa disimpulkan, bagi perempuan yang HIV positif, mereka bisa melahirkan tanpa menularkan kepada bayi jika mematuhi beberapa peraturan tersebut. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi secara umum bisa disimpulkan dengan; 1) pelayanan kesehatan ibu dan anak secara komprehensif, 2) layanan koseling, 3) Pemberian obat ARV sesuai dengan dosis dan di bawah pengawasan dokter, 4) Persalinan yang aman, 5) konseling tentang makanan bayi dan ASI.
Berbicara mengenai HIV dan kehamilan, terdapat beberapa faktor penularan HIV dari ibu ke bayi. Faktor tersebut; faktor maternal (faktor Ibu), faktor bayi yang dikandung dan faktor cara penularannya. Ketiganya mempunyai pengaruh yang kuat dalam proses penularan HIV dari ibu ke bayi. Namun ada program pencegahan untuk mengurangi penularan HIV dari ibu ke bayi yang disebut PMTCT (Preventing Mother to Child Transmission) of HIV.
Faktor maternal muncul karena Ibu mempunyai fungsi yang sangat dominan. HIV menyerang sel T-limfosit (sistem kekebalan) sehingga ibu yang HIV positif lebih mudah mengalami infeksi. Namun yang pasti, penularan dipengaruhi oleh kadar virus HIV di dalam darah (viral load) dan jumlah CD4 dalam tubuh. Semakin tinggi kadar virus dan rendah CD4, semakin mudah terjadi penularan. Virus di atas 100.000 kopi/ml atau CD4 kurang dari 200 sangat rentan menularkan HIV ke bayi. Jadi seorang ibu positif HIV harus menjaga kadar CD4 dan viral load dengan terapi ARV di bawah pengawasan dokter.
Faktor bayi yang dominan mempengaruhi penularan adalah usia kandungan saat bayi dilahirkan dan berat badan bayi. Bayi yang dilahirkan prematur lebih rentan tertular HIV dibandingkan dengan yang lahir sesuai dengan waktunya (aterm). Bayi yang lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 1000 gram) juga akan memperbesar resiko penularan dari ibu kepada anak yang dikandungnya. Agar tidak terjadi kelahiran prematur, ibu harus menjaga kesehatan
Namun, kebanyakan penularan terjadi karena faktor persalinan. Para dokter merekomendasikan agar proses persalinan dilakukan dengan operasi atau sectio. Hal tersebut karena degan operasi akan meminimalkan kontak kulit dan mukosa membran bayi dengan servix (leher rahim) dan vagina. Selain itu, operasi bisa meminimalisir resiko bayi menelan darah ibu. Penularan lain terjadi pada saat menyusui.
Pencegahan Penularan
Ada beberapa strategi yang penting dalam mencegah penulaarannya ibu ke bayi, salah satunya adalah dengan pemberian obat anti retroviral. Obat ini bekerja langsung menghambat replikasi dan perkembangan virus HIV. Terdapat beberapa skema penggunaan ART yang disesuaikan dengan pasien HIV.
Selain itu pencegahan bisa dilakukan dengan melakukan persalinan yang aman pada saat kehamilan (antepartum), selama persalinan (intrapartum), dan setelah persalinan (pospartum). Namun cara yang paling direkomendasikan adalah dengan operasi. Dengan persalinan yang aman, lebih dari 50% resiko penularan dapat dicegah.
Setelah proses kelahiran, hal yang harus diperhatikan adalah menyusui. HIV berada dalam cairan ASI sehinga proses menyusui bisa menularkan HIV dari ibu ke anak. Disarankan bagi ibu yang melahirkan anak dengan HIV positif sebaiknya tidak menyusui. Resiko penularan melalui proses menyusui mencapai angka 10-20%. Terlebih jika payudara mengalami luka seperti lecet ataupun radang.
Namun bisa disimpulkan, bagi perempuan yang HIV positif, mereka bisa melahirkan tanpa menularkan kepada bayi jika mematuhi beberapa peraturan tersebut. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi secara umum bisa disimpulkan dengan; 1) pelayanan kesehatan ibu dan anak secara komprehensif, 2) layanan koseling, 3) Pemberian obat ARV sesuai dengan dosis dan di bawah pengawasan dokter, 4) Persalinan yang aman, 5) konseling tentang makanan bayi dan ASI.