Hipnosis dan hipnoterapi dari hari ke hari kian banyak “penggemarnya”. Bahkan, tak hanya orang dewasa yang menjalani terapi tersebut untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit, tetapi juga anak-anak yang mempunyai kesulitan belajar di sekolahnya. Hipnoterapi memang merupakan salah satu cara yang sangat mudah, cepat, efektif, dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah sadar, melakukan reedukasi, dan menyembuhkan pikiran yang sakit.
Sebut saja Bayu yang trauma terhadap pelajaran matematika di sekolah dasar, kini malah bisa bersahabat dengan pelajaran yang semula menurutnya tidak menyenangkan. Dalam bukunya Hypnotherapy The Art of Subconscious Restructuring yang ditulis Adi W. Gunawan, yang melakukan terapi hipnoterapi kepada Bayu, menyebutkan bahwa Bayu trauma terhadap matematika, yang dimulai saat anak tersebut duduk kelas III sekolah dasar.
Manfaat hipnoterapi pun dialami Yono (46), klien seorang hipnoterapis Drg. Henry Setiawan. Yono mengetahui pengobatan hipnoterapi dari saudaranya di Jakarta, juga dari tayangan televisi.
Yono yang ditemani istrinya saat akan menjalani terapi, mengaku keluhannya banyak. “Saya selalu merasa cemas, depresi, nyeri lambung, pusing, dsb. Ini sudah saya rasakan selama 4 tahun. Saya sudah ke dokter, akupunktur, bahkan dokter ahli jiwa, tapi belum ketemu (cocok). Akhirnya, saya coba dengan hipnoterapi,” kata ayah seorang anak ini.
Hingga kini ia sudah tiga kali diterapi. “Rasanya seperti diarahkan. Seperti orang lupa kemudian diingatkan. Setiap selesai diterapi, ada perubahan. Kini rasanya lebih bugar,” ujar Yono, wiraswastawan di bidang elektronik. Menurut Santi, istri Yono, suaminya memang ada perubahan setelah menjalani hipnoterapi, sebelumnya selalu marah-marah, sakit ini sakit itu, biasanya sakit yang dikeluhkan adalah lambung. “Tapi sekarang sudah berkurang, sudah baikan,” kata Santi.
***
Meski mulai banyak yang menjalani manfaat hipnoterapi, bagi sebagian masyarakat pengobatan dengan hipnosis maupun hipnoterapi barangkali masih terdengar asing. Orang lebih mengenalnya dengan istilah hipnotis. Kini, istilah tersebut masih mempunyai image negatif, berkaitan dengan kejahatan, penipuan, gendam, dsb.
Sebenarnya, hipnosis dalam bentuk tradisional telah dikenal sejak ribuan tahun silam di berbagai kebudayaan di seluruh dunia. Namun pada abad ke-18, Franz A. Mesmer memopulerkan hipnosis untuk proses pengobatan. Mesmer menganggap dirinya mempunyai kekuatan “ajaib” untuk mengobati pasien dengan kesaktiannya. Dan pada abad ke-18 itu pula, Louis XVI memerintahkan Akademi Kedokteran Prancis yang diketuai oleh Benjamin Franklin untuk meneliti dan menyidangkan ilmu yang digunakan oleh Mesmer tersebut. Hasil dari penelitian dan persidangan itu disimpulkan, apa yang dilakukan Mesmer hanya suatu sugesti sedemikian rupa sehingga pasien melakukan proses penyembuhan sendiri.
Setelah melalui perjalanan panjang, saat ini hipnosis telah menemukan formatnya sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan ilmiah, sama sekali tanpa unsur magis atau mistis, terutama setelah proses penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh Dr. Milton Erickson M.D. (1901-1980), Dave Elman (1900-1967), Charles Tebbets, Ormond McGill, dan beberapa tokoh hipnosis modern lain.
Aplikasi hypnosis untuk terapi atau dikenal sebagai clinical hypnosis atau hypnotherapy bukan sesuatu yang baru muncul, tetapi telah dipraktikkan berpuluh, bahkan beratus tahun yang lalu oleh para pakarnya. Namun, akhir-akhir ini fenomena tersebut telah mengalami kebangkitan kembali, apalagi setelah didukung oleh teknologi dan temuan-temuan ilmiah yang relevan.
Menurut APA (American Psychological Association), Dictionary of Psychology, edisi 2007, bukti-bukti ilmiah menunjukkan hipnoterapi dapat bermanfaat mengatasi hipertensi, asma, insomnia, manajemen rasa nyeri akut maupun kronis, anorexia, nervosa, makan berlebih, merokok, dan gangguan kepribadian. Hasil guna sebagai “terapi pendukung” dalam beberapa penyakit juga telah terbukti.
“Dengan mengistirahatkan pikiran sadar (conscious mind) melalui hipnosis, seseorang dapat diberikan memori, saran, atau sugesti yang dapat memprogram ulang pikiran bawah sadarnya untuk berbagai tujuan positif,” kata Ferdiansyah Setiadi Setiawan, S.I.P., CI, CHt, CH, instruktur hipnoterpi, hipnoterapi, Ketua IBH (The Indonesian Board of Hypnotherapy) Chapter Bandung.
***
Benarkah seseorang yang berada dalam pengaruh hipnosis dapat melakukan apa saja sesuai kemauan sang penghipnosis? Jawabannya, tidak. “Seseorang hanya bisa dihipnosis apabila mereka tidak menolak. Sebaliknya, mereka yang menolak untuk dihipnosis apalagi di-”program” untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan moral, nilai, maupun sistem kepercayaannya tidak akan bisa dihipnosis,” kata Ferdiansyah, 30 tahun, yang belajar hipnosis di Jakarta sejak tahun 2004.
Keilmuan hipnosis dapat diaplikasikan untuk beberapa hal, antara lain stage hypnosis, hypnotherapy, forensic hypnosis, anodyne awareness. Namun aplikasi hipnosis yang paling sering dipergunakan adalah stage hypnosis dan hypnotherapy.
Stage hypnosis adalah aplikasi keilmuan hipnosis yangg digunakan untuk hiburan semata, seperti yang sering kita saksikan di televisi atau di panggung hiburan. Secara teori stage hypnosis adalah cabang keilmuan hipnosis yang paling mudah untuk dipelajari.
Hypnotherapy adalah aplikasi keilmuan hipnosis yang dipergunakan untuk mengatasi berbagai macam permasalahan psikologis antara lain trauma, phobia, pemberdayaan diri/motivasi, mengubah perilaku negatif (kecanduan), dll. Bila dihubungkan dengan penyakit fisik/medis, secara teori hypnotherapy hanya dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh pikiran (psikosomatik) dan hanya bisa membantu proses penyembuhan untuk penyakit medis lain seperti kanker, AIDS, dengan cara meningkatkan semangat hidup penderita agar kekebalan tubuhnya dapat meningkat.
Selain itu, hipnosis bisa juga digunakan untuk mengurangi rasa sakit, sebagai aplikasi dari anodyne awareness, yang biasa digunakan dalam proses persalinan. Bahkan, hipnosis bisa juga digunakan untuk melakukan operasi tanpa anastesi. Namun hal ini hanya boleh dipergunakan dalam keadaan tertentu.
Pada dasarnya, hipnoterapi sama sekali tidak berbahaya dan tidak memiliki risiko atau efek samping, selama dilakukan oleh seorang hipnoterapis (ahli hipnoterapi) yang benar-benar menguasai keilmuan hipnoterapi. Karena dalam melakukan hipnoterapi harus menggunakan proses dan prosedur yang benar.
Untuk menjadi seorang hipnoterapis profesional diperlukan pengetahuan hipnoterapi yang benar dan mendalam, sesuai dengan standar kurikulum internasional yang berlaku, memiliki sertifikasi hypnotherapist (baca juga tulisan di boks)
The Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH) adalah lembaga atau organisasi hipnoterapi pertama dan terbesar di Indonesia yang dibentuk oleh beberapa pakar hipnoterapi Indonesia dan diresmikan pada tahun 2002 di Jakarta. Kini anggotanya sekitar 7.000 orang, tersebar di seluruh Indonesia . IBH Chapter Bandung dan sekitarnya berdiri tahun 2006, dengan anggota sekitar 30 orang.
***
Sebagai orang yang ahli hipnoterapi, Ferdiansyah mempunyai banyak “klien” dengan macam-macam keluhan seperti mag, fobia, darah tinggi, stroke, alergi, asma, dll. Dari pengalaman menangani beberapa klien, Ferdian dapat membagi menjadi tiga kategori manusia bila dilihat dari tingkat sugestibilitasnya:
- Mudah, masuk zona hipnosis (trance) hanya dengan hitungan detik hingga menit.
- Moderat, masuk zona hipnosis sampai 90 menit.
- Sulit, masuk zona hipnosis bisa berjam-jam atau berhari-hari.
Menurutnya, proses hipnosis merupakan fenomena alamiah. Selama ini, isu yang muncul adalah seseorang yang lemah dan pikirannya sedang kosong, melamun, mudah dihipnotis. Ternyata menurut Ferdian, yang mudah masuk ke zona hipnosis justru orang memiliki imajinasi cukup bagus, fokus, dan kontrol dirinya cepat.
Saat memberi terapi, Ferdian menetapkan, klien (pasien) duduk di tempat yang nyaman dan sepi. Bagi klien baru, sebelum memasuki sesi terapi, harus menjelaskan apa yang menjadi keluhannya, sejak kapan, kira-kira apa penyebabnya. Setelah menjelaskan bagaimana cara kerja hipnoterapi, dan klien setuju untuk diterapi, baru dimulai sesi terapi (induksi).
Terapi awal (preinduction interview), memakan waktu sekitar 2 jam. Pada sesi ini, biasanya hipnoterapis menggali latar belakang permasalahan. Sesi berikutnya (induksi) melakukan apa yang mau diperbaiki. Kemudian, masuk ke sesi untuk menggali lebih dalam (deeping) lalu terapi dengan berbagai macam teknik terapi/modul.
Menurut Ferdian, klien dengan trauma perkosaan bisa sembuh kembali setelah datang 5 kali terapi. Klien dengan keluhan kecanduan rokok, bisa berhenti setelah datang 4 sesi. “Tapi itu tergantung keinginan dari klien, setiap orang kondisinya tidak sama,” katanya.
Drg. Henry Setiawan, 37 tahun, adalah salah seorang yang mendalami Hipnoterapi. Ia sudah mendapat gelar CHt (Certified Hypnotherapist) dan telah menjadi anggota The Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH). “Saya tertarik mendalami Hipnoterapi karena bisa untuk mengembangkan potensi manusia, juga bisa membantu orang lain. Minimal untuk diri sendiri dan keluarga,” kata alumni FKG Unpad itu.
0 komentar:
Post a Comment